Header Ads Widget

Mengenal KH Raden Khozin Khoiruddin: Pendiri Ponpes Al Khoziny

INFORMASI, KABARBOLO - KH Raden Khozin Khoiruddin, yang lebih dikenal sebagai Kiai Khozin Sepuh, adalah seorang ulama besar dari Jawa Timur, Indonesia, yang mendirikan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo. Beliau dikenal sebagai tokoh pendidikan Islam tradisional (salaf), pejuang kemerdekaan, dan pemimpin spiritual yang berpengaruh pada awal abad ke-20. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang kehidupan, perjuangan, dan warisannya.

Latar Belakang dan Kehidupan Awal

- Nama Lengkap: KH Moch Khozin bin Kyai Khoiruddin bin Ghazali bin R. Mustofa.

- Lahir: Tahun 1875 di Mojosari, Mojokerto, Jawa Timur.

- Latar Keluarga: Berasal dari keluarga ulama dengan tradisi keagamaan yang kuat. Orang tuanya menanamkan nilai-nilai akhlak mulia, tanggung jawab, dan kecintaan pada Al-Qur’an sejak kecil. Latar belakang ini membentuk karakternya sebagai ulama yang rendah hati dan berdedikasi.

Pendidikan

KH Raden Khozin menempuh pendidikan agama secara intensif di beberapa wilayah di Jawa Timur dan luar negeri:
- Pendidikan Awal: Belajar agama di Malang, Pasuruan, dan Madura, menguasai ilmu-ilmu dasar Islam seperti fiqih, tafsir, dan tasawuf.

- Pesantren Siwalanpanji (Al-Hamdaniyah): Pada tahun 1895, beliau menjadi santri di Ponpes Al-Hamdaniyah, Buduran, di bawah bimbingan KH Ya’qub. Di sini, ia dikenal rajin belajar hingga larut malam, terutama mempelajari kitab-kitab klasik Islam.

- Studi di Makkah: Selama sepuluh tahun, beliau belajar di Makkah, Arab Saudi, memperdalam ilmu tafsir, fiqih, dan tasawuf. Pengalaman ini memperkaya wawasan keislamannya dan memperkuat kredibilitasnya sebagai ulama.

Kehidupan Keluarga

- Pernikahan Pertama: KH Raden Khozin menikah dengan Siti Fatimah, putri gurunya, KH Ya’qub dari Pesantren Siwalanpanji. Dari pernikahan ini, lahir seorang putra, KH Moch Abbas Khozin, yang kelak melanjutkan kepemimpinan pesantren. Sayangnya, Siti Fatimah wafat saat berada di Makkah dan dimakamkan di sana.

- Pernikahan Kedua: Setelah kembali ke Indonesia, beliau menikah dengan Siti Maimunah, putri KH Khamdani. Dari pernikahan ini, ia memiliki enam anak: Afifah, Sholhah, Siti Zubaidah, Basuni, Mushinah, dan Ruqoyyah. Keluarga ini menjadi pilar penting dalam kelanjutan misi pendidikan dan dakwahnya.

Kontribusi dan Perjuangan

KH Raden Khozin dikenal sebagai ulama karismatik yang menggabungkan pendidikan Islam, pembinaan akhlak, dan perjuangan kemerdekaan. Berikut adalah kontribusi utamanya:
1. Pemimpin Pesantren Siwalanpanji:
   - Pada tahun 1927, beliau menjadi pengasuh ketiga Pesantren Al-Hamdaniyah (Siwalanpanji), menggantikan KH Ya’qub. Di bawah kepemimpinannya, pesantren ini mencapai puncak kejayaan, menarik santri dari berbagai daerah di Indonesia.
   - Ia fokus pada pendidikan berbasis Al-Qur’an, akhlak mulia, dan ketaatan kepada ulama, serta mempersiapkan kader untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia.

2. Pendiri Ponpes Al Khoziny:
   - Sekitar tahun 1915–1920, beliau mendirikan Ponpes Al Khoziny di Desa Buduran, Sidoarjo, sekitar 300 meter dari Pesantren Al-Hamdaniyah. Awalnya, pesantren ini dibangun sebagai tempat tinggal untuk putranya, KH Moch Abbas, yang baru pulang dari Makkah. Namun, atas dorongan masyarakat, tempat ini berkembang menjadi pusat pendidikan Islam.
   - Pesantren ini dinamakan Al Khoziny untuk menghormati beliau dan fokus pada pengajaran salaf, terutama kitab kuning dan khataman tafsir Jalalain. Beberapa sumber menyebut pendirian resmi pada tahun 1927, tetapi catatan lisan dari santri awal (misalnya dari Yogyakarta) menunjukkan aktivitas pendidikan dimulai lebih awal.

3. Perjuangan Kemerdekaan:
   - KH Raden Khozin aktif mempersiapkan santri sebagai pejuang dan intelektual untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Ia menanamkan nilai-nilai kesabaran, ketekunan, dan keikhlasan, yang selaras dengan semangat perjuangan melawan penjajahan.
   - Pesantrennya menjadi pusat pembinaan kader-kader yang berkontribusi pada gerakan kebangsaan, termasuk pendiri Nahdlatul Ulama (NU) seperti KH Hasyim Asy’ari dan KH Abdul Wahab Hasbullah.

4. Pengajaran Tasawuf:
   - Beliau mengajarkan lima tarekat utama dalam tasawuf, menekankan pentingnya istikamah (keteguhan spiritual). Pendekatan ini mencerminkan keseimbangan antara syariat dan spiritualitas dalam pengajaran Islamnya.

Pengaruh dan Murid-Murid

KH Raden Khozin memengaruhi banyak ulama besar melalui pesantrennya, baik di Al-Hamdaniyah maupun Al Khoziny. Beberapa murid terkenal yang menjadi tokoh penting meliputi:
- KH M. Hasyim Asy’ari: Pendiri NU dan Ponpes Tebuireng.

- KH Abdul Wahab Hasbullah: Tokoh pendiri NU.

- KH As’ad Syamsul Arifin, KH Dimyati, KH Umar, KH Nawawi, dan KH Usman Al Ishaqi: Ulama-ulama berpengaruh di Jawa Timur dan nasional.

Para murid ini menyebarkan ajaran KH Raden Khozin ke berbagai daerah, memperkuat jaringan keulamaan dan pendidikan Islam di Indonesia.

Wafat dan Warisan

- Wafat: KH Raden Khozin Khoiruddin wafat sekitar tahun 1955 dan dimakamkan di pekuburan keluarga Pesantren Al-Hamdaniyah, Buduran, Sidoarjo.

- Warisan:
  - Ponpes Al Khoziny: Setelah wafat, pesantren ini dipimpin oleh putranya, KH Moch Abbas Khozin (hingga 1964), dan kemudian oleh cucunya, KH Abdus Salam Mujib (sejak 1964 hingga saat ini).

Pesantren ini berkembang dari institusi salaf menjadi pusat pendidikan yang menggabungkan madrasah formal (Tsanawiyah dan Aliyah) dan Institut Agama Islam (IAI) Al Khoziny, sambil mempertahankan pengajaran kitab kuning.

  - Pengaruh Keulamaan: Pesantren Al Khoziny telah melahirkan ribuan alumni yang menjadi ulama, pendakwah, dan pemimpin masyarakat, memperkuat tradisi Islam tradisional di Indonesia.

  - Nilai Istikamah: Filosofi istikamah yang ditekankan KH Raden Khozin tetap menjadi inti pendidikan di pesantren, menginspirasi santri untuk menjalani hidup dengan keteguhan iman dan akhlak mulia.

Penutup

KH Raden Khozin Khoiruddin adalah sosok ulama visioner yang mengabdikan hidupnya untuk pendidikan Islam, dakwah, dan perjuangan kemerdekaan. Dengan mendirikan Ponpes Al Khoziny, ia meletakkan fondasi bagi pendidikan Islam yang kuat di Jawa Timur, yang pengaruhnya masih terasa hingga kini.

Warisannya sebagai pendidik, pemimpin spiritual, dan pejuang terus menginspirasi generasi ulama dan santri. (*)

Dirangkai dari berbagai sumber.